Sabtu, 25 Februari 2012

puisi ku

Unknown | Sabtu, Februari 25, 2012 |
balada cinta
Rama sinta
Laksana cinta yang hakiki
Laksana cinta yang digariskan
Laksana cinta yang abadi

Romeo juliet
cinta yang muda
Cinta yang labil
Cinta yang berkorban

Rama sinta
Cinta nan suci
Romeo juliet
Cinta bertabur konflik
Rama sinta
Cinta berharap kasih
Romeo juliet
cinta menunggu ajal;

Cinta laksana hidup
Dan Cinta laksana kematian
Cinta laksana suka
Cinta pula laksana duka

Datang membawa tawa
Dan Pergi membawa air mata
Tak ada suka tak ada duka

Tak ada gores dalam kisah
Tak ada asa dalam harapan
Tak mungkin datang tanpa tunggu
Tak mungkin bahagia tanpa derita

Dilema

aku berdiri di persimpangan jalan
di persimpangan cerita yang akan terukir
dalam buku harian yang ku kenang kemudian,

semua jalan mengarah satu tujuan pasti
tapi, aku yang menjadi ragu
karena begitu banyak jalan yang semuanya mulus
tanpa kubangan dan kerikil lepas,

mungkin itu hanya beberapa kilo meter
dan selanjutnya akan terlihat mana yang benar-benar bagus
tapi aku tak bisa melihat jalan mana yang sebenarnya bagus
walau hanya beberapa meter dari kelopak mata ini.

aku pun tak boleh hanya pasrah
dan membiarkan kaki ini melangkah
tanpa ada pemandu yang mengarahkannya

aku harus memilih
dan melangkahkan kaki kanan ini ke tujuan ku
bukan tujuan tukang parkir,
tukang bakso,
atau pun orang yang di jalan
ini tujuan ku dan ini pilihanku

"Bismillahirahmannirahim"

Sajak Orang Pinggiran

mereka mulai memakai topeng dan bercengkarama di pinggir jalan
menghirup debu jalan yang sesak oleh asap kendaraan
dengan muka mengkilap mereka tetap berlarian dan berlarian
tertawa lepas bak tak ada perkara yang membelit mereka
 

... gitar, dan galon jadi teman mereka dikala terik dan dingin
mereka tak kenal lelah, hanya lapar yang mereka rasa
karena sejak diusir kemaren mereka belum bertemu piring


 

tanah mulai subur, tapi hujan tak kunjung tiba
mereka mulai lelah dan malas dalam menjalani hidup
tapi mereka selalu saja ditegur dewi kemuliaan
 

asa semakin lama, semakin hila bersamaan dengan melemahnya nilai rupiah
mereka tidak mengerti tentang kurs dan ekonomi
tapi mereka jelas paham hidup semakin mahal dan mereka semakin menderita


Kota ku

semilir angin berhembus
menyejukan raga hingga sanubariku
aku bagaikan diantra keheningan
yang damai dan asri

tak ada masalah,tak ada hambatan
hanya aku dan alam,

semua seakan ditelan bumi
segala sesuatu yang penat
dan semua berubah menjadi kota baru,

kota baru yang pernah ada,
 

Tanpa Judul

senyuman indah,
yang terukir di wajah mu
melukiskan akan keindahan serta
kedamain hatimu
selalu terniang di benaku
kala ku ingat dirimu,
kepolosan dan kepintaranmu
menjadikannya ciri bagimu
serta tawa canda mu yang bgitu renyah
ku dengar,,,

Kau
 
ketika ku merasa tak ada labuhan hati
aku brda pada titik kebimbangan
dimana keputus asaan tlah brubah mnjdi keengganan


aku hanyalah serpihan dari masa kini mu
yang tersirat pada masa laluku
sulit bagiku untuk memahami tentang apa?


apa yang terjadi?
apa yang ada dalam pikiran ku?
serta apa yang menyebabkan ini terjadi?


ku coba membuat kegelisahan ini hilang
dengan terus mngetahui drimu
yang terpisah oleh jrak


aku ada untuk mu?
tapi engkau bukan untuk ku?
kini apa yang kau cari?
mencari atau menunggu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About