Karya : Dwi Rahariyoso
Penyair
Aku
bukan pembuat tafsir yang tekun, sebab aku tak mengerti makna
Di
kepalaku hanya onggokan masa lalu, begitu majenun
Aku
pun percaya takdir adalah kesendirian yang dilahirkan oleh kepergian
Bukan
garis tangan. Bukan.
Meski kau kerap terbuai mulut peramal, toh
mereka tak pernah selesai
Dengan
nasib, bahkan ajal. Lantas siapa yang memelihara masa lalu?
Sungguh,
aku bukan pembuat tafsir yang tekun
Jika
kau telh membaca ayat-ayat terdahulu
Niscaya
tak ada lagi makna yang dicari, sesuatu yang lenyap
tak
kembali itulah puisi
Sorong, 2011
Rumah baru
Sesuatu yang karib di sunyi ini
Menyembunyikanmu dariku, mirip secuil fragmen
tanpa tokoh. Seolah aku benar-benar buta
—dengan telingaku belaka
aku
merasakan
Nafasmu
yang biru serupa laut; menghuni teluk ini
Meski
kita tak pernah berbincang tentang para pendatang
yang
kehilangan kampung halaman mereka, sungguh aku telah terbiasa
mengucap selamat tinggal
“Kopi, senja, dermaga, bir, nostalgia; semua itu
alangkah sempurna”
jujur,
aku begitu sengit kepadamu di dalam sunyi ini
Aku berharap menemukanmu atau sekedar nafas birumu itu
agar
segera kupecepat perjalananku—dalam termangu
2011
Semut
Aku
menggeletakkanmu ke lantai,
agar
kerumunan yang rukun itu merubungmu. berbondong dalam pekerjaan
yang
sibuk, beriringan-berurutan. rupanya hanya kesunyianmu yang membuat
kekal di sini, sebab ia begitu telaten menyalin
jejak-jejak.
satu demi satu.
Diam-diam
aku iri pada kesunyianmu,
dari segala
arah, menguar hingga ke seberang,
melebihi
daging bakar. gurih dan harum.
begitu
sakral aromamu hingga di penjuru bandar, kaum musafir telah siap dengan
sampan
dan keranjang, yang akan menukarmu dengan
permadani
warna dan candu. sungguh, mereka teramat khusyuk.
mengarakmu
hingga menemukan rumah bagi kepulanganmu.
maret,
2011
Kamar kosong
—kepada seorang kawan
Dalam
gerimis hilang bayang, senja luruh melebihi dingin
yang mengalir tiba-tiba di
pintu dan jendela. Udara berubah warna, abu-abu di selasar
antara
ruang tamu. tidak ada yang membekas.
setelah
kau tutup pintu dan lupa berpesan pada dingin
yang
membenammu
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar