karya : Dwi Rahariyoso
mereka menuju rumahmu, seperti senja
dan bunga-bunga musim, yang gugur berganti pagi
dalam nubuat sederhana ini
kota-kota yang jatuh oleh malam
seperti tapal batas yang terlupakan
jalan pedesaan; rumah-rumah gelap tanpa atap
menyaru dalam keheningan,
dingin tak terkatakan
seperti doa yang mengalun pelan
meninggalkan udara hampa
sebab hampa ini utuh
memanjang sebagai lanskap dan cerita
di gurun dan tanah yang menjelma kering
para musafirmu mencari keheningan
dalam bisik pepasir, batuan dan angin selatan
jejak tuhan begitu dekat
menjelma arah kiblat
dalam lautan pasir yang hangat
mereka meyakini nasibnya ke arah timur,
sejauh tigaribu mil bersama musim yang gugur
para pencari kayu bakar yang melihatmu
seolah berseru, ”Kotamu tidak jauh lagi, dalam aroma
kaligrafi. Luruslah, menyusur jalan ini. Niscaya,
di ujung kau dapati cahaya.”
angin gurun dan gelap yang karam
menderu, di antara tembok-tembok rumah
seperti mengantar mereka dalam jazirah
dan jubah mereka teramat lusuh
sebelum tiba di kota berikutnya
Agustus, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar