Beberapa tahun setelah peristiwa tersebut
Sammun memutuskan untuk menunaikan perintah tuhannya. Yakni menikah, ia merasa
ia telah pantas untuk menikah dan menjalin rumah layaknya makhluk tuhannya yang
lain. Terlebih ia telah menemukan jodohnya.
Beberapa bulan setelah menikah, ia menjadi
begitu dekat dengan sang pencipta melebihi ketika ia masih malajang. Hingga tak
telak, istrinya menjdi tidak betah dengan sikap yang ditunjukan Sammun kepada
dirinya. Ia menjadi kesal dan marah terhadap Sammun. Namun, Sammun tak
menghiraukannya.
Hingga suatu waktu, Sammun mendapatkan kabar gembira dari istrinya.
Yakni istrinya kini telah berbadan dua dan telah mengandung benihnya selama
tiga bulan. Kini Sammun sedikit melunakan sikapnya. Dan waktunya kini lebih
sering ia habiskan berdua dengan istrinya tercinta, bukan kepada tuhannya yang
dulu selalu diutamakan. Istrinya pun menjadi senang dengan perubahan sikap dari
Sammun sang suami.
Hingga tiba hari kelahiran dari anak
pertama Sammun. Ia terlihat begitu senang, wajahnya berbinar-binar dan terlebih
anaknya adalah perempuan. Yang mana ia telah menginginkan memiliki anak
perempuan sejak lama. Dan kini ia merasa doanya telah dikabulkan oleh sang
kuasa.
Setiap hari ia hanya bermain dengan anak
tercintanya. Hingga waktu ibadahnya menjadi berkurang bahkan sesekali ia
melewatkannya. Dulu ketika ia belum menikah, Sammun adalah ahli ibadah yang
mana hampir semua sholat wajib dan sunnah ia jalankan tak putus juga selalu
bibirnya bergoyang seraya berucap asma Allah yang tiada henti-hentinya. Namun,
kini semua berubah ia bukan lagi ahli akhirat melainkan ahli dunia. Akibat anak
semata wayangnya yang baru lahir kedua ini.
Hingga pada suatu malam Sammun bermimpi
hari telah kiamat, dilihatnya bendera berarak-arak mulai dari bendera para Nabi
Allah, para Wali Allah, dan bendera para hamba pecinta Tuhan termasuk dirinya
sendiri. Kemudian Malaikat mendorongnya keluar dari barisan itu ia kaget dan
bertanya. “kenapa?”,ia bertanya dengan penuh kebingungan. Kemudian Malaikat pun
menjawab pertanyaannya. “sebab dulu kamu termasuk pecinta tuhan kelas wahid
(satu), tapi setelah kamu kawin dan memiliki anak perempuan yang lucu, cinta mu
pada Tuhan beralih pada faham keduaniaan, sehingga ku coret namamu dari barisan
ini”, jawab malaikat dengan tegas. Kemudian ia menangis meraung-raung sambil
mengangkat tangan seraya memohon ampun dan dan berdoa. “Ya Allah, kalaulah
anakku menjadi penghalang cinta ku padaMu, maka ambilah dia dari pangkuanku,
agar aku tetap kuat menggenggap kecintaan ku pada mu”.
Tidak lama kemudian ia tersadar dari mimpi
yang begitu nyata dirasakannya. Dan tatkala ia melihat anaknya yang berada
disampingnya itu ternyata sudah tak bernyawa lagi. Kemudian, air mata pun tak
luput jatuh dari matanya. Sambil ia terus mengucap asma Allah berulang-ulang
tanpa henti. Istrinya yang terbangun akibat tangisan dari Sammun pun ikut tak
percaya melihat anak kesayangannya yang baru beberapa waktu lalu dilahirkannya
telah meninggal dan sudah tidak lagi bersama mereka selama-lamanya.
Keesokan harinya, para pelayat mulai
berdatangan di rumahnya Sammun. Suasana haru pun tak terelakan lagi. Gema
surat-surat al-qur’an pun terdengar hingga jauh. Namun, Sammun masih saja tidak
percaya bahwa anak perempuannya telah benar-benar meninggalkannya. Matanya
terlihat begitu merah serita pelipisnya menjadi bengkak akibat menangis dari
malam.
Setelah jenazah selesai dimandikan dan
disholatkan. Sammun pun menggendongnya menuju liang lahat anak tercintanya. Ia
pun menjadi sadar bahwa sesibuk-sibuknya kita mengurusi urusan dunia tidaklah
membuat kita menjadi lupa kepada pemilik kita.
Setelah kejadian itu ia menjadi seseorang
yang begitu menghambakan dirinya terhadap Tuhannya. Ia tidak mau lagi
terjerumus oleh hal-hal keduniaan untuk yang kedua kalinya. Ia merasa bahwa
kematian dari anaknya itu sudah merupakan tamparan keras dari sang kuasa
terhadap dirinya. Dan kini ia menjadi seorang umat yang sebenar-benarnya
bertakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar