Kamis, 15 Desember 2011

Sondang Hutagalung

Unknown | Kamis, Desember 15, 2011 |


Sunday, 11 December 2011
Pemuda itu tentu bukan “sekadar”membunuh dirinya.Ia menyulut diri sendiri di depan Istana Presiden. Tapi,seandainya kita melihat ia sebagai pelaku bunuh diri,apa yang kita bisa pahami?

Sebuah penelitian pernah mengatakan bahwa banyak kasus bunuh diri di negeri ini berhubungan dengan kemiskinan. Orang yang dihimpit kemiskinan memiliki lebih sedikit pintu untuk terbebas dari persoalan. Dunia cepat menutup diri bagi mereka.Maka, persoalan yang sederhana bagi orang lain yang punya kesempatan lebih banyak akan menjadi sangat besar bagi mereka.

Saya pernah bertemu dengan sepasang pengamen musik Jawa yang baru saja menyelamatkan seorang perempuan. Perempuan itu hendak membiarkan dirinya digilas kereta api.Ia hamil dan lelakinya tak mau bertanggung jawab.Tapi,pasangan pengamen itu juga baru saja kehilangan putra.Anak lelaki mereka,masih remaja,gantung diri karena patah hati. Tentu kita juga mendengar tentang pengusaha besar yang terjun dari tingkat tinggi apartemen atau hotel mewah.

Kita juga pernah mendengar tentang aparat bahkan rohaniwan yang bunuh diri.Juga remaja yang loncat bebas di dalam mal.Menganggap mereka konyol adalah hal yang sebaiknya jangan menjadi prioritas.Demikian juga mengutuk atau menyalahkan. Sebab,mereka tidak mencelakakan orang lain.Mereka melokalisir ketamatan pada diri sendiri. Kecuali makhluk itu keji betul bagai monster— misalnya Hitler, saya sedih setiap kali mendengar kasus bunuh diri.

Saya bertanyatanya apa sesungguhnya yang sampai membuat mereka betulbetul menghabisi nyawa sendiri. Waktu remaja,bukan tidak pernah tebersit bayangan untuk bunuh diri, hanya gara-gara tak bisa menyelesaikan urusan cinta. Tapi,tohitu cuma bayangan dan saya tak pernah berani melakukannya.Putus asa yang sedalam apa yang menyebabkan kenekatan.Dan mengapa tidak ada orangorang di sekelilingnya yang memberi pelipuran.

Tapi,Sondang Hutagalung tidak sekadar membunuh dirinya. Bunuh diri biasa umumnya dilakukan diam-diam. Atau,jika dilakukan di tempat umum,dengan cara yang instan— seperti terjun di tengah keramaian mal. Sondang,putra seorang supir taksi,membakar dirinya di depan Istana Presiden.Itu adalah sebuah pernyataan.

Jika dua anak yang dulu melompat ke lantai dasar mal boleh dibilang membuat pernyataan publik tapi tidak politis,pernyataan Sondang punya makna politis–apa pun itu.Seperti Mohamed Buoazizi, pedagang buah yang membakar dirinya di depan kantor gubernur di Tunisia,yang tidak hanya frustasi,tetapi juga membuat pernyataan bahwa nasib malangnya diciptakan oleh kekuasaan.

Maka,ia membakar diri di depan simbol kekuasaan itu.Ia membuat frustasinya menjadi pernyataan politik.Tindakan itu,tak dinyana, menyulut demonstrasi besar di negerinya hingga ke negara-negara Timur Tengah. Barangkali kita tidak bisa mengerti Sondang.Kita tidak tahu apa yang membuatnya frustasi sehingga harus membunuh diri.Sebab,kita hanya berpikir bahwa satu-satunya alasan bunuh diri adalah putus asa.Tapi,jangan-jangan ia tidak putus asa tentang dirinya sendiri.

Ia seorang aktivis mahasiswa.Tidak seperti Buoazizi yang tak bisa lagi berdagang dan terbelit utang.Tak seperti pengusaha yang terjun juga karena utang. Masa depannya sebetulnya bisa cerah.Jika ia tidak terusmenerus idealis,ia bisa menuruti jejak Gayus Tambunan dan menjadi kaya raya. Sejauh ini tak terlihat pada dirinya sendiri sesuatu yang pantas mengantarnya pada bunuh diri.

Tapi,jangan-jangan justru karena itu.Tindakannya semata- mata sebuah pernyataan politik.Keinginan untuk terjadi gelombang besar perubahan lagi ke arah kebaikan. Untuk itu,ia tidak gentar menyulut dirinya sendiri sebagai percikan pertama. Kita boleh setuju atau tidak setuju pada tindakannya, tentu saja.Tapi,kita sepantasnya berpikir adakah cara lain yang bisa ditempuh untuk sungguh-sungguh memperjuangkan perubahan? Dia sudah berteriak. sofian dwi

AYU UTAMI
Email: utami.ayu@gmail.com
Twitter: @BilanganFu       
sumber :http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/450602/  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About