Jumat, 10 Mei 2013

Aku mengajari anak luar biasa

Unknown | Jumat, Mei 10, 2013 | |
Perkenalkan  Nama saya Govinda atau mereka sering memanggil dengan panggilan Igo. Sebuah nama yang bagi sebagian orang akan terdengar absurd tapi ya itulah nama panggilan ku, Igo. Alasan mengapa aku memperkenalkan nama ku kepada kalian adalah karena aku ingin lebih dekat pada kalian. hehe. Bagi ku jika kamu hanya tahu nama asli seseorang tanpa tahu mengenal nama aslinya atau sebaliknya, maka sebenarnya kamu belum mengenal dia kamu hanya sebatas tahu. hehe. (asal ngoceh)

Aku saat ini terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada salah satu sekolah tinggi di Yogyakarta, bukan Universitas atau Akademi. Mungkin jika kalian masih penasaran tentang kampus tercinta ku silakan klik pada kolom link goresan pena. hehe (emang ada gitu?). Selain menjadi seorang mahasiswa aktif juga rajin (ehem), saya juga bekerja sebagai seorang pengajar pada salah satu lembaga les privat di kota ini, Yogyakarta.  

Saat ini saya mendapatkan "proyek" ngajari anak kelas 5 SD. Secara kesulitan materi sebenarnya pelajaran SD tidak serumit dan sesulit pelajaran SMP atau SMA. Mengapa saya katakan demikian? Jelas alasan pertama karena saya pernah SD, SMP, dan SMA bahkan udah Kuliah, walau belum tamat. hehe. Alasan kedua adalah karena saya juga pernah mengajari anak kelas IX (Sembilan) SMP atau kelas 3 SMP yang mana secara penalaran saya, materi SMP kelas 3 jauh diatas SD kelas 5.

Tapi yang menjadi sebuah keunikan dari proyek ini adalah anak didiknya. Saya katakan unik, karena anak yang menjadi tanggung jawab saya memiliki sebuah kompetensi diatas rata-rata anak seusianya. Dia mampu mengerjakan sebuah soal matematika tanpa harus mencoret-coret cara pada secrarik kertas. Dia cukup melihatnya sejenak lalu menyebutnya dengan lugas. Bagi saya jarang banget anak seusia kelas 5 SD sudah sehebat itu, bahkan anak usia SMP pun belum tentu bisa seperti itu.

Mungkin tiba-tiba diantara kamu ada yang nyeletuk. Trus apa masalahnya? kan anaknya cerdas jadi malah enak dong kalau diajar. Nah itu, justru gak asik kalau ngajar anak pintar. Saya analogikan gini deh. 

Teman mu bisa bermain gitar, untuk kord-kord dasar teman mu telah mampu menguasainya, semisal kord C, D, E, F dst.Trus tiba-tiba  kamu pengen ngajari temen kamu dengan cara yang bener. Mungkin saja kan teman kamu belum tepat main gitarnya?. Dan kamu memulai mengajarinya dengan kord-kord dasar tersebut. Kira-kira susah gak ngajari orang yang sudah tahu seperti itu?. Menurut ku sih susah, karena selain emang dia "ngerasa" udah mahir, dia juga belum tentu mau membuka diri untuk diajari kamu.


Begitu juga yang ku alami, anaknya udah pintar dan saya harus mengajarinya tentang hal yang sebenarnya udah dia pahami. Terlebih lagi si anak tersebut belum bisa menghargai orang lain. Nakal dan Hiperaktif. Kalau saya pikir-pikir, saya seusia dia aja gak senakal itu. Kok anak itu begitu nakal dan gak bisa menghargai orang lain?.

Pertanyaan ku pun tak lama kemudian terbentur oleh sebuah jawaban eksplisit dari Ibundanya. Saya mengetahui bahwa anak itu, anak yang saya ajari adalah anak yang dimanjakan oleh orang tuanya, itu pertama. Saya katakan seperti ini karena saya tidak melihat suatu ketegasan yang berarti dari ibunya ketika anaknya tidak mau belajar. Kedua anaknya lebih dimanjakan dengan fasilitas-fasilitas yang menurutku untuk usia anak kelas 5 SD itu belum diperlukan. Fasilitasnya itu seperti Laptop, saya lihat laptopnya merek Sony Vaio (Masih lebih mahal dari laptop gurunya. hehe), kemudian full akses internet, kemudian les mainan lego, les musik dll.  Saya rasa mungkin dia masih memiliki fasilitas lain yang tidak saya lihat.

Pada awal saya mulai mengajar, saya sempat berpikir "Oke hari ini saya selesaikan les saya tapi besok saya tidak mau ngajar anak ini lagi, untuk pertemuan ini gak dibayar juga gak papa," ujar saya dalam hati. Tapi setelah menit-menit berikutnya saya ngajar, saya seperti mendapat sebuah tujuan lain dari proyek saya ini. Saya berasumsi bahwa jika saya mampu menguasai anak ini dengan segala kenakalannya, maka pasti saya akan mendapatkan suatu penghargaan tersendiri dari pihak lain, yaitu ibunya, hehe. Artinya secara finansial akan baik, masa depan ku akan baik selanjutnya hehe. 

Abaikan-abaikan. Sebenarnya bukan itu maksud ku. Maksud ku adalah aku ubah persepsi ku tentang mengajar pada anak ini. Aku ubah persepsi ku tentang aku nagajari anak ini gara aku dapat duit dari Ibunya menjadi aku nagajari anak ini sebagai suatu tantangan. Kalau kata Ayah ku yang juga merupakan seorang guru SD "Buatlah anak didik kita menjadi nyaman dan suka terhadap kita". Nah, itu tujuan ku kini. 

Point of Interest (PoI) ku saat ini adalah bagaimana membuat anak itu menjadi suka dan nyaman terhadap ku. Karena jika itu bisa ku dapatkan, niscaya duit pun akan mengalir lancar. (hehe balik ke duit lagi). 

Tapi jujur, sebenarnya aku merasa ini adalah sebuah tantangan bukan ujian :D yang diberikan Tuhan kepada ku. Aku merasa seperti ini karena murid ku ini jauh banget dengan murid ku yang dulu. Tenang, kalem, nurut, dsb. Pokoknya sederhanya berkebalikan dengan yang sekarang. hehe.

Kalau kata Ayah ku lagi. "Kualitas seseorang itu ditentukan oleh pengalamannya," nah itu maksud ku yang sebenarnya. Agar aku bisa disebut sebagai seorang pengajar yang mempunyai kualitas maka aku harus mempunyai banyak pengalaman. Nah, salah satunya dengan cara seperti ini. Mengajari siapa pun dengan latar belakang apa pun. Mungkin awalnya sulit tapi ku yakin sebuah usaha tak ada yang sia-sia.

Selamat malam nama ku. Igo.
mau ngobrol-ngobrol dengan ku?
mention aja ya ke @govindastro ya :D








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About