Rabu, 13 Maret 2013

Catatan Ku

Unknown | Rabu, Maret 13, 2013 | |

22-24 Pebruari 2013 merupakan agenda rutin dari LPM Journal STMIK Amikom Yogyakarta, yaitu Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar. Semua calon anggota (calang) diwajibkan untuk turut serta dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Tak kurang sekitar 18 calang mengikuti kegiatan tersebut yang diselenggarakan di wisma BIK Kawasan wisata Kaliurang.

Para peserta dan panitia meninggalkan kampus ungu tercinta sekitar pukul 8.30 pagi. Tampak semua peserta tampak antusias dengan kegiatan tersebut, begitupun dengan ku. Tak lupa pakaian ganti, alat tulis, hingga perlatan mandi telah berada pada gendongan ku. Meski pada awalnya aku cukup kurang senang dengan kegiatan ini, terlebih harus dilakukan dengan cara menginap membuat aku kehilangan gairah. Tapi hal itu coba ku tepis dan mulai mengikuti ketukan yang telah ditentukan.

Tak kurang dua bis dalam kota atau mungkin lebih tepatnya disebut mikrolet menjadi tumpangan para peserta dan sebagian panitia. Selama dalam perjalanan suasana cukup menyenangkan, awalnya. Namun, berangsur-angsur membosankan saat para sebagian peserta mulai berpindah alam. Mereka tidur. Dan apa yang ku lakukan? Tentunya mengabadikan momen tersebut. Dengan gaya bak seorang fotografer profesional ku coba mengabadikan momen tersebut tentunya bukan menggunakan kamera pribadi (hehe), pinjam itu tidak salah selama masih dikembalikan (hehe).

Sekali, dua kali, ku coba jajal kemampuan ku pada Cannon EOS yang saat itu kugenggam. Tidak begitu buruk, blurnya tidak terlalu walau cukup pada seluruh hasil jepretan ku.

Tak terasa waktu telah berlalu satu jam lebih, mobil yang ku tumpangi telah mulai memasuki kawasan wisata alam Kaliurang. Nampak para peserta lain masih sibuk dengan dunia mereka sendiri, entah apa yang mereka mimipkan tapi bisa ku tebak kalau diantara mereka tidak ada yang mimpi buruk. Nampak kalem dan tenang saat mereka kehilangan kesadaran.

Akhirnya bis benar-benar berhenti pada tempat yang akn kami tempati selama 3 hari 2 malam kedepan. Terletak di daerah tinggi, berbentuk kuno, serta diselimuti cat berwarna putih semakin memberi kesan dingin. (eh sejuk maksudnya).

Para peserta mulai turun satu per satu dari mikrolet dan mulai merapihkan perkakas mereka masing-masing. Setelah semua peserta merapihkan peralannya, panitia mulai mengkordinir para peserta untuk sejenak beristirahat pada kamar-kamar yang telah dibagi.


Setelah beristirahat untuk sejenak para peserta berkumpul pada suatu ruangan pertemuan. Peserta kemudian dilatih terkait ilmu-ilmu jurnalistik. Materi pertama dibawakan oleh mas Ilham kemudian dilanjutkan oleh mas Satrio serta diakhiri oleh istirahat untuk sholat jumat untuk sesi pertama.

Sholat juma’at pun usai menandakan sesi kedua akan dimulai. Kembali para peserta dikumpulkan pada ruangan pertemuan yang terasa dingin meski tidak menggunakan pendingin dan tidak terasa gelap meski tanpa lampu. Para peserta diberi sedikit tambahan materi sebelum blusukan mencari berita.

Sebelum mencari berita para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok didampingi oleh seorang pendamping yang bertugas dalam mengarahkan peserta kepada jalur-jalur yang telah dijalurkan. Setiap anggota kelompok kemudian diberi tugas yang berbeda-beda satu sama lainnya. Setiap kelompok harus memilik pencari berita terdiri dari dua orang jurnalis, jurnalis pertama bertugas mencari berita untuk kolom topik utama dan yang lainnya untuk mengisi kolom liputan, seorang bertugas sebagai penulis resensi, dan seorang lagi bertugas sebagai penata letak isi, atau sering disebut dengan istilah layoter.

Dengan bermodal alat liputan seperti sound recorder, kamera, tanda pengenal, juga surat pengantar. Para peserta mulai keluar kandang untuk mencari berita. Begitu pun dengan ku, dengan tanggung jawab sebagai pencari berita untuk topik utama membuat isi berita ku harus lebih menggigit dibandingkan teman saya yang kebagian tanggung jawab mencari berita untuk kolom liputan.

Ku susuri setapak demi setapak hingga akhirnya ku bertemu pada derasnya hujan, hingga tak ayal bagian paha kebawah ku menjadi basah bermandikan hujan. Meski demikian langkahku tetap maju kedepan, bukan mundur kebelakang, naik keatas, turun kebawah, atau keluar? (pasangannya apa ya?)

Berkali-kali ditolak tak membuat ku angkat koper dalam tugas ini, melainkan terus mencari siapa lagi yang bakal menolak ku (lagi). Perjuangan ini ternyata membuahkan hasil, akhirnya ada juga orang yang mau menerima kedatangan ku untuk mengulik sedikit fakta tentang daerah tersebut, Kaliurang.

Alhasil informasi ku dapatkan dan saat nya kembali ke kandang untuk menerjemahkan kembali isi wawancara kedalam bentuk berita. Beberapa peserta juga tampak sudah menyelesaikan tugas wawancara. Terlihat raut kebahagiaan sedikit terpancar dari wajah lugu mereka (what lugu?).
Sampai di kandang dan saatnya menyusun kedalam bentuk berita. Semua anggota kelompok bahu membahu dalam mengerjakan tugas tersebut, terlihat banyak sekali diantara para peserta yang menuntut kesempurnaan pada berita pertama mereka, alhasil acara molor hingga beberapa jam lamanya. Tapi bagi ku itu adalah hal yang wajar karena selain Bangsa Indonesia adalah negara yang selalu menuntut akan kesempurnaan pada segala hal (masa ia?), Bangsa Indonesia juga adalah negara yang selalu menjaga warisan budaya, yaitu jam karet.

Penyusunan berita selesai saatnya berita hasil karya anak bangsa tersebut di evaluasi oleh tim independen. Ada Mas Ilham dibidang penyusunan kata dan tata bahasa, Mas Satrio dibidang penulisan resensi, serta tak ketinggalan Mas Feri dibidang tata letak. Andai salah satu dari ketiga juri tersebut adalah wanita, aku takutnya evaluasi ini jadi disangka acara pencarian bakat nyanyi pada salah satu televisi swasta Indonesia.

Entah apa yang tepat untuk menggambarkan situasi ini, beruntungkah atau sialkah?. Kami mendapat penjurian pertama dari para juri-juri independen itu. Cukup banyak masukan yang kami terima, terlebih terkait tulisan ku mas Ilham lebih suka menyebutnya sebagai tulisan Adertorial atau berita iklan. Waktu juga banyak termakan pada kelompok kami hingga tak pelak membuat kami harus tidur melewati run-down.

Hari kedua. Tak ada yang terlalu berbeda dengan hari pertama. Hanya saja susunan kelompok juga tugas yang ditata oleh panitia PJTD. Setelah sebelumnya menyelami dunia pencarian berita, untuk kali ini saya memilih menyelam di kolam tata letak. Ingin merasakan “nikmat”nya sebagai layoter.

Semua peserta kembali melakukan hal serupa juga senada seperti hari sebelumnya. Blusukan mencari berita hingga diantara mereka ada yang berkelana jauh melewati batas RT. Untuk kegiatan berkendaraan sandal jepit sepasang, perjalanan tersebut bisa dikatakan jauh.

Sebagai penata letak saya bertugas di kandang untuk membuat tempat berita selagi teman-teman masih sibuk mencari berita.

Setelah beberapa menit mereka kembali dengan data-data mentah sebuah berita. Suasana kembali ramai dengan berantakannya para jurnalis yang sedang sibuk membuat berita. Lagi-lagi waktu menjadi kambing hitam saat tak ada yang mau dihitamkambingkan. Tepat 30 menit sebelum batas akhir pembuatan berita, tak satupun berita telah tertulis pada kolom-kolom berita. Tapi hal itu bisa ditanggulangi dengan metode kerja cepat tanpa pengecekkan kembali.

Setelah pembuatan berita seperti hari sebelumnya tahap berikutnya adalah evaluasi. Kembali semua kelompok diberi masukan positif dari para juri-juri independen dengan formasi sedikit berbeda dibandingkan hari kemaren, yakni posisi penilai tata letak yang sebelumnya dijabat oleh Mas Feri pada hari kedua Mas Adam yang menggantikan posisi tersebut.

Evaluasi selesai, berikutnya adalah sesi istirahat. Panitia dan peserta membaur menjadi satu, berkumpul bersama dalam satu tempat. Hingga waktu istirahat selesai, para panitia pun kembali pada jabatan mereka masing-masing. Hubungan keakraban antara sesama teman sejenak dibuat mode un-active.

Materi kepersmaan yang di bawakan oleh Mas Deni menjadi materi terakhir pada hari itu sebelum ditutup oleh para panitia dan peserta dengan bermain cerdas-cerdas. Sebuah permainan yang sudah berakar diantara masyarakat indonesia, tapi tentu tidak sefenomenal dan seaneh cerdas cermat yang satu ini. Dengan format suka-suka, membuat permainan ini menjadi kehilangan kharismatiknya. (hehe)
Kemenangan oleh kelompok “I” yang kebetulan juga digawangi oleh saya dan teman-teman menjadi penanda berakhirnya lomba cerdas-cermat juga seluruh kegiatan pada hari itu.

Hari ketiga. Para peserta kembali mendapatkan ilmu tentang jurnalistik. Kali ini materi nya adalah materi kejurnalan dipentik oleh Mas Ngaliman. Hingga seluruh materi tersaji para peserta semakin paham terkait jurnalistik, terbukti banyak pertanyaan yang meluncur bebas dari pemikiran-pemikiran para peserta hingga terkesan pertanyaan-pertanyaan merupakan pertanyaan yang tidak seharusnya ditanyakan.

Materi dari Mas Ngaliman berakhir kemudian kelas diambil alih oleh Mas Wowok selaku mantan ketua umum Jurnal periode 2002. Mas wowok bertutur tentang segala hal yang ia rasakan tatkala raganya terpaut pada lembaga pers tersebut. Sedikit dorongan motivasi juga tak ayal menjadi bumbu-bumbu pada sepatah dua patah katanya.

Mas Wowok kemudian mengakhiri sambutannya atau bisa juga disebut curhatannya karena banyak berisi intrik-intrik yang ia rasakan saat masih beralmamater Amikom.

Tanpa terasa waktu pun mengantarkan kita mengantarkan para peserta, mengantarkan para panitia pada akhir kegiatan tersebut. Segala materi dan praktek telah dilakukan, ilmu pun telah tertanam menjadi satu bersama memori-memori lain.

Upacara penutupan pun digelar, para peserta bersiap sambil memegang spanduk bertuliskan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar. Beberapa panitia mulai mengarahkan Kameranya pada kami, melakukan fokus. Dan,,,, jepret. Blits kamera itu menandakan secara resmi telah usai kegitan tersebut. Para peserta merapihkan segala perlengkapannya dan bergegas pulang, meninggalkan kesan yang tak terucap.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About