Rabu, 08 Januari 2014

Malam minggu bersama FSTVLST

Unknown | Rabu, Januari 08, 2014 | |

Bagi seorang Jomblo, mungkin malam minggu adalah malam yang sebaiknya tidak ada dalam kalender. hehe. Tapi apa salahnya jika malam minggu itu diisi dengan menonton konser atau jalan bareng teman-teman.

Nah seperti itulah malam minggu ku semalam. Berawal dari undangan nonton konser yang ku terima melalui pesan singkat dari seorang teman, aku langsung saja mengiyakan untuk turut berpartisipasi. Alasannya selain untuk mengurangi kesuntukan efek malam minggu, aku pun sedikit penasaran dengan konser band yang satu ini : FSTVLST.

Nama band ini sudah begitu sering ku dengar, beberapa teman pun sering bercerita tentang band ini, mungkin karena ini juga yang membuat ku menjadi penasaran untuk nonton.

Baiklah kita beranjak pergi menonton konser. Band ini merupakan salah satu dari tiga band yang akan tampil pada acara Parade 5 di Jogja Expo Center. Saya lupa apa nama band yang tampil sebelum FSTVLST tapi setelah FSTVLST akan ada Sore yang turut menghibur malam minggu jogja.

Sesampainya di tempat konser, orang-orang sudah cukup memadati area konser. Aku dan teman ku pun langsung larut dalam keramaian, mereka semua mulai hanyut dalam konser sambil bernyanyi bersama sang vokalis. Sayang, aku hanya bisa ternganga melihat konser tersebut, bukan karena terkagum dengan band tersebut atau musiknya, tapi karena tidak hapal lagunya. hehe.


Dan inilah yang menjadi kesalahan fatal saat menonton konser : tidak hapal lagu. Sudah tidak ikut berjoget, lagu pun tidak hapal, nonton konser buat apa? hahaha.

Menghapal lagu sebenarnya bukan hanya berbicara masalah kecintaan terhadap musisi, menurut ku lebih dari itu : Budaya. Setiap lagu atau musisi pasti mempunyai budaya masing-masing yang mana budaya itu kemudian menjadi ciri dari musisi atau karya tersebut.

Hal ini yang terjadi pada lagu penutup FSTVLST, karena tidak memahami akan lagu tersebut alhasil aku pun tidak memahami budaya dari lagu tersebut. Sang vokalis mulai berpamitan pada penonton. Penonton pun tampak terdiam sejenak, menantikan suguhan seperti apa yang akan disuguhkan.

Tiba-tiba sang gitaris mulai memainkan gitarnya dengan beringasnya dan seketika itu pula suasana kembali memanasa. Teman ku yang sedari tadi berada disebelah ku lalu meminta ku untuk sedikit mundur dari panggung, ku lihat beberapa orang pun tampak mulai mundur dari panggung.

"Kenapa mas?" tanya ku
"Nanti ada liur"
"Maksudnya?"
"Lihat aja entar"

Beberapa detik kemudian "liur" itu pun mulai berterbangan. Para penonton sambil berjoget ala mosing mereka saling melempar ludah ke penonton lain. Bak seperti perang ludah, mereka terlihat saling menyerang dan menghindar.

Ini yang ku sebut dengan budaya tadi, bagaimana jika aku datang pada konser tersebut sendiri? Bagaimana jika teman ku tidak memberiku kode? Bisa jadi kepala atau badan ini penuh dengan ludah

Jadi menurut ku menghapal lagu dan memahami budaya lagu itu sama penting, terlebih pada lagu-lagu dari band-band indie.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About