Kamis, 03 Oktober 2013

Baju ku Oh Baju ku

Unknown | Kamis, Oktober 03, 2013 |
Hai... blogger..
Salam jumpa kembali buat kamu yang kebetulan membaca tulisan ini. Mungkin ini adalah kebetulan yang disengaja hehe.. kali ini aku ingin menceritakan kisah ku saat masih SMA. Kejadian ini cukup konyol, dibilang bodoh juga boleh. hehe. Jadi ceritanya seperti ini....

Waktu telah menunjukkan pukul 13.20 dan jam belajar pun telah usai. Para siswa mulai membereskan perlengkapannya satu per satu ke dalam tas. Begitu pun aku, semua perlengkapan seperti alat tulis, nuku dan sebagainya ku masukkan dalam tas. Tak ada yang aneh disini, sama seperti hari kemaren, kemarennya lagi, bahkan kemarennya lagi.

Sesaat kemudian ketua kelas memberi aba-aba untuk berdoa dan lekas meninggalkan sekolah. "selesesai." Kata ketua kelas mengakhiri doa.

"Kepada Pak Guru beri salam,"
"Selamat siang Paaaak!"
"Selamat siang," jawab Pak Guru singkat.

Satu per satu murid keluar kelas. Mereka kemudian bertemu dengan aktifitas mereka yang lain. Ada yang kemudian mengambil sapu untuk piket kelas, ada yang ke toilet, ada yang ambil sepatu di loker, bercengkrama ringan dengan guru, kakak kelas, atau teman -- yang tidak lain adalah untuk membahas PR.

Setelah mengambil sepatu di loker, langsung aku menuju motor merah ku yang terparkir tepat di depan kelas. Ku nyalakan motornya dan sejurus kemudian sudah meninggalkan sekolah. Tidak banyak basa-basi memang. Mungkin karena capek dan lapar -- tapi ku kira ini hanya alasan. haha

Sampai di rumah langsung ku nyalakan televisi sambil menikmati acara siang itu. Belum sempat ganti baju langsung sudah nongkrong di depan televisi. Ya, itulah aku melakukan apa yang mau ku lakukan. Dan melakukan apa yang orang lain mau hanya sebagai kegiatan sosialisasi. :D

Tiba-tiba terlintas tugas kelompok yang harus dikerjakan sore itu di sekolah, segera saja ku ambil tas dan melihat deskripsi tugasnya. "Lho,, baju olah raganya dimana?" Batin ku dalam hati. Fokus mencari tugas dalam tas teralihkan dengan hilangnya baju dan celana olah raga. "Mungkin sudah di tempat cucian kotor," aku mencoba mengingatnya kembali.

Lantas saja tanpa mikir lagi aku langsung bergegas ke tumpukkan pakaian kotor. "Dimana ya?" gumam ku sambil membongkar tumpukkannya satu per satu. "Loh kokgak ada". Aku kembali lagi ke ruang TV dan membuka lagi tas. Sekali lagi ku cari dan memang tidak ada. "Hilang dimana?" Aku mulai panik.

Ku coba menenangkan pikiran. Duduk tenang dan mencoba mengingat kembali dimana sepasang baju olah raga ku letakkan. "Jangan-jangan ketinggalan di sekolah lagi?" aku kembali mengingat-ngingat. "iya sepertinya ketinggalan," pikiran ku saling berdiskusi.

Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 14.15. "Ah bentar lagi kan balik ke sekolah, nanti waktu kerja kelompok aja aku cek". Aku mulai tenang dengan pakaian itu. "Semoga saja masih ada."

***
Sekolah tampak telah ramai oleh lalu lalang anak-anak SD, SMP bahkan SMA. Jelas, anak-anak itu bukan berasal dari sekolah yang sama dengan ku, mereka hanya sekedar belajar ketika sekolah formal (baca : SMA) telah usai. Mereka terlihatb begitu menikmati ketika berada di pelataran Sekolah itu, entah apa yang mereka rasakan. Tapi, sepertinya sekolah ini punya daya tarik tersendiri.

Dari kejauhan ku lihat ada seseorang yang berjalan pelan ke arah ku.

"Hei,, "
"Hei Go!"
"Yang lain mana?" tanya ku santai.
"Tuh, udah disana" menunjuk teras salah satu kelas.
"Yuk...," sambil berjalan menuju tempat yang dimaksud.

Sesi kerja kelompok pun dimulai. Semua kebutuhan kerja kelompok di keluarkan satu per satu. Mulai dari buku catatan, buku cetak, hingga bahan untuk pengujian materi. Saat itu aku dan teman-teman akan melakukan pengujian larutan elektrolit. Elektrolit lemah atau Elektrolit kuat. Kami tampak asyik dengan "mainan" ini. Hingga aku sempat melupakan pakaian olah raga ku. Eh iya, kemana dia?

"Eh, ada yang lihat baju olah raga ku gak?"
"Baju Olah Raga mu hilang?" tanya Nunung mulai penasaran.
"Iya,,"
"Baju mu hilang Go?hahaha" Gazali menimpal.
"---"
"Sama sih Go, tapi punya ku Celananya saja."
"Eh, tadi Avia kayaknya nemu baju olah raga di lab, tapi gak tahu itu punyanya siapa. Mungkin punya mu Go," Nunung ikutan bicara.

Tiba-tiba saat aku sedang bingung atas kehilangan pakaian olah raga. Muncul sang Master, tepatnya Head Master atau kepala sekolah. Tapi kami lebih sering memanggilnya dengan sapaan Master. Lebih pas untuk mendeskripsikan dirinya yang pakar dalam bidang saintis, Eksakta tepatnya. Ah udah. Ini bukan saatnya untuk menjelaskan mengenai beliau. Kembali ke Topik!

"Kalian bikin apa?" tanyanya santai pada sekumpulan anak yang duduk melingkar di teras kelas.
"Lagi kerja kelompok, Pak," jawab salah seorang diantara kami.
"ooh,,,"
"Tadi siapa ya, yang kasih tinggal baju olah raga di lab? Tadi ada sepasang baju olah raga sama celana."

Tak ada yang bersuara. Hanya bisik-bisik yang terdengar menjalar diantara kerumunan itu.

"Jangan-jangan itu baju mu Go," suara Nunung lirih.
"Sepertinya."

Aku melanjutkan mengerjakan tugas, lebih tepatnya berpura-pura mengerjakan tugas. Telinga ini tak bisa lepas dari suara Master tentang baju olah raga ku. Masih berharap kalau baju itu masih selamat. "Ya, semoga aja disimpan," gumam ku dalam hati.

"Tadi baju itu saya bakar,"
"Dibakar di mana Pak?" tanya Gazali.
"Oh jadi itu kau punya baju?" mukanya berubah masam.

Obrolan diantara kami pun berlanjut lagi. Kekhawatiran itu semakin menjadi. Percaya gak percaya gak percaya gak.

"Kalau kau tidak percaya, coba kau lihat tumpukkan tempat sampah sana," tangannya menunjuk dengan rasa tidak berdosa.
"Mungkin belum terbakar semua," beliau melanjutkan.

Dengan terburu-buru aku dan gazali bergegas menuju ke tempat sampah yang dimaksud. Benar saja, disana asap masih terlihat menari-nari dengan gemulai. Beberapa bagian pun terlihat bekas terbakar. Gosong. "Eh, jangan-jangan itu bajunya Go," tanya gazali.

Ia pun mencari kayu untuk mengambil baju itu. Kita sudah seperti pengais sampah. Satu per satu bagian dibuka dengan kayu sambil mata ini tetap awas mengawasi ujung kayu. "Ini Go," gazali mengangkat baju yang sudah hitam legam dan beberapa bagiannya terlihat sudah rusak terbakar.

"Sudah gak bisa dipakai Gaz," komentar ku sekenannya.
"iya sih.. Hahahaha" dia kemudian tertawa ringan.

***

Kita berdua pun kembali ke teman-teman yang masih mengerjakan tugas. Kembali dengan penyesalan, sesekali tertawa kecil pun tak kuasa kami tahan ketika teringat hal konyol tersebut. Sejak saat itu, aku menjadi lebih berhati-hati lagi untuk menyimpan sesuatu, apapun itu. Begitu pun dengan Gazali dia mencoba untuk lebih detil terhadap hal-hal yang bersifat menyimpan. Walau bagaimana pun aku dan dia tak pernah beres dalam menyimpan suatu barang.

:D
  




  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About