Sabtu, 16 Februari 2013

kemerosotan budaya bangsa

Unknown | Sabtu, Februari 16, 2013 | |
Pernah dalam akun facebook pribadi saya, saya menulis status. Pada tanggal 5 Februari 2013. “ada gak pengguna akun (facebook) yang sekarang kelas 1 smp?”. Saya mencoba jejak pendapat tentang klasifikasi umur pengguna facebook. Dalam asumsi saya, anak yang saat ini berada di kelas 1 smp dan telah mempunyai akun pengguna facebook dipengaruhi oleh perkembangan budaya modern atau kemodernisasian.

Tanpa disangka, status tersebut di komen oleh tidak lain adalah adik sepupu saya sendiri yang memang saat ini berstatus pelajar kelas 1 smp. Dengan santai dia membalas “aku a” (a atau aa dalam bahasa indonesia adalah kakak). Tujuan saya terpenuhi, mencari pengguna facebook yang masih kelas 1 smp, atau dalam artian tahun lalu dia masih kelas 6 SD yang artinya lagi dia baru beranjak dari dunia anak-anak (sekolah dasar).

Tidak puas sampai disitu, pada tanggal 8 februari 2013, 3 hari setelah melakukan survei pertama saya kembali melakukan survei melalui akun facebook pribadi saya. Saya menuliskan status “kemaren ketemu pengguna facebook yang kelas VII (1 smp). Kalau pengguna facebook yang kelas V atau VI ada gak ya?”. Tujuan dari survei kedua adalah mencari pengguna facebook yang lebih muda dari sebelumnya, satu tahun, dua tahun dibawah survei pertama atau mungkin bisa lebih muda lagi.

Seperti telah di duga sebelumnya, ada yang berkomentar pada status saya. “ada .. sepupu saya kelas VI”. Target terpenuhi kembali, meski saya tidak bertemu secara langsung siapa orangnya, apa nama akunnya tapi dengan pernyataan itu hipotesa atau dugaan sementara saya berubah menjadi suatu kesimpulan. Ternyata anak SD sudah aktif menggunakan facebook”.

Tiba-tiba sepupu saya yang beberapa hari yang lalu berkomentar perihal survei yang sama, turut memberikan komentarnya juga pada status saya. “diih yang kelas 3 juga ada a”. Balasnya seakan-akan  bermaksud (ada yang jauh lebih muda kok dari kelas VI). Lantas setelah membaca status tersebut saya berpikir. “untuk apa anak sekecil itu main facebook?”, secara spontanitas muncul dari kepala saya.

Kemudian ada pula yang berkomentar sama dengan adik sepupu saya. Mereka tinggal dalam tempat yang berbeda, yang satu di kota Tangerang dan yang satunya di kota Sorong. Mereka sama-sama mempunyai pernyataan yang sama meski ruang sampel mereka berbeda, berarti kesimpulan dari kedua komentar tersebut adalah facebook sudah begitu familiar bagi anak-anak Indonesia, ya Indonesia karena menurut hasil survei Indonesia masulk kedalam 5 besar pengguna facebook terbesar di dunia, mengalahkan Amerika dan negara-negara Eropa. Ya, facebook mempunyai kepopuleran yang cukup tinggi hanya dikalangan penduduk asia, tepatnya asia tenggara.

Tajuk diatas adalah sebagai acuan, atau mungkin sebuah fenomena yang sedang terjadi atau melanda negeri Indonesia ini. Sebuah fenomena dimana telah terjadi kemelorosatan budaya pada anak masa kini (kekinian). Kemelorosotan budaya? Apa maksudnya?. Ya Indonesia adalah negara berbudaya dengan sekian ragam suku Indonesia tentu memiliki banyak tatanan yang beragam dan unik.

Saat ini remaja bahkan anak-anak telah tercandu oleh dimensi modernisasi. Sekarang bukan lagi hanya ada dimensi ruang dan dimensi waktu, melainkan sudah lahir dan tumbuh menjadi seorang anak remaja dimensi modern. Dimensi yang sebenarnya bersifat netral, bersifat pisau, atau mungkin bersifat sungai.

Dimensi ini pada hakikatnya bertujuan untuk membantu atau mempermudah pekerjaan manusia, tapi akibat kesalahan fungsi dan tujuan dari para pengguna dimensi ini. Maka saat ini dimensi ini menjadi dimensi yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dibandingkan dimensi waktu sekalipun.
Ya, ibarat pisau. Pisau dapat digunakan untuk kebaikan bisa juga untuk keburukan. Pisau dapat digunakan untuk mengupas buah, atau memotong sayur pisau juga dapat digunakan untuk membunuh atau tindakan kejahatan lain. Lantas fungsi mana yang lebih  sering dipakai?. Tergantung. Tergantung siapa yang pakai.

Facebook. Diciptakan oleh seorang mahasiswa Amerika yang pada mulanya bertujuan untuk memudahkan komunikasi diantara anggota kelompoknya, kemudian berkembang menjadi komunikasi diantara para mahasiswa di kampus tersebut, hingga akhirnya berkembang menjadi untuk komunikasi lintas negara.
Semua orang dapat mengakses dan menggunakannya. Tapi apakah semua orang boleh menggunakannya?. Secara aturan tertulis tidak ada, tapi secara etika atau norma jelas ada. Porn site dibuat untuk orang kategori dewasa (diatas 18 tahun). Semua orang dapat mengaksesnya, tapi tidak semua orang boleh menggunakannya. Situs, web, atau apapun diciptakan sesuai fungsinya masing-masing, dan diharapkan tidak keluar dari koridor tersebut.

Pada awalnya facebook diperuntukan kepada para mahasiswa di Harvard University. Tapi sekarang seluruh dunia dapat menjadi member dari akun tersebut. Semua umur atau bahkan semua back ground pendidikan dapat mengaksesnya. Facebook dicipktakan untuk mempermudah komunikasi dan memotong batas negara dan wilayah yang ada. Untuk menjalin sebuah pertemanan. Dan berinteraksi satu sama lainnya.

Lantas kalau anak SD kelas 3 telah menggunakan facebook. Apa yang ia cari?, pernah saya mempertanyakan hal tersebut melalui akun facebook pribadi saya. Dan yang menjawab adalah anak usia 13 tahun, atau normalnya berada di kelas VII, apa jawabannya? “berbagi dengan teman, memperbanyak teman, menambah ilmu, wawasan dan pengalaman (baik dari teman-teman atau grup-grup yang ada). Dengan lugas dan tegas ia menjawabnya. Jawaban terlihat begitu terstruktur dan jelas. Singkat nan padat.

Menurut saya hal itu adalah tepat, sesuai dengan tujuan awal dari diciptakannya situs http://www.facebook.com/ . tapi apakah anak berumur 13 tahun atau anak kelas 3 SD akan mendapatkan keuntungan itu?. Jika orang dewasa yang menggunakan facebook banyak diantara mereka yang menggunakan facebook untuk mencari relasi (teman bisnis), berbisnis, dan mencari pertemanan. Ya, aspek mencari pertemanannya sama. Tapi apakah implementasinya sama? Tentu tidak.

Kemunduran dari bangsa sudah semakin nyata dan terlihat dari para anak bangsa. Mereka hanya sibuk menghabiskan waktu mereka untuk bermain facebook, twitter atau hal lainnya. Yang mana segala hal itu dipengaruhi oleh modernisasi. Kreativitas dari anak bangsa semakin merosot dan menurun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About