Rabu, 07 Maret 2012

lampion-lampion menari

Unknown | Rabu, Maret 07, 2012 |

Sammun, adalah seorang pemuda alim yang berperawakan tampan namun pendiam. Sehari-hari ia hanya menghabiskan waktunya di surau depan rumahnya. Kala waktu sholat telah tiba ia pun pergi ke surau depan rumahnya untuk adzan seraya memanggil orang-orang untuk datang dan sholat berjamaah. Ia belum menikah dan tak memiliki siapa-siapa di desa itu, ia hanyalah sebatangkara yang hidup di balik bilik bambu yang telah usang dimakan waktu.  

Kadang ia menyendiri di rumahnya dan menghabiskan waktunya untuk berzikir dan beribadah. Seolah-olah dunia ini ssudah tidak ada Cuma dia sebagai hamba dan Allah sebagai tuhan tempat bergantung.  Hal ini menimbulkan reaksi para warga sekitar bahwa Sammun telah sinting, Sammun telah gila dan banyak lagi cemo’ohan warga tentang dirinya.
Suatu ketika, di desanya hendak mengadakan suatu hajat besar. Disana terdapat berbagai macam kesenian daerah yang ditampilkan, mulai dari kesenian klasik seperti Jaipongan, hingga yang lebih modern seperti orkes dangdut. Para tamu yang hadir, juga banyak yang datang dari kampung-kampung tetangga. Hingga tempat acara begitu meriah dan gemerlap dengan bertaburan lampu lampion yang digantung berwarna-warni.
Sammun juga datang dan menghadiri acara tersebut, bukan hanya sebagai penonton, namun kepala desa memintanya untuk memberikan sambutan dalam pembukaan acara tersebut.
Kemudian tidak lama kemudian acaranya dimulai. Dan pembawa acara mulai masuk keatas panggung dan membuka acara. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”,ucap pembawa acara dengan lantang. Kemudian dengan begitu antusiasnya para warga pun menjawab “wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh”,ucap warga serentak. Kemudian pembawa acara pun mulai membaca salam pembuka.  Setelah itu ia meminta agar Sammun naik keatas panggung untuk memberikan sambutannya, mewakili pemuka agama dikampung tersebut.
Kemudian dengan perlahan ia bangkit dari tempat duduknya dan mulai berjalan menaiki tangga panggung. Sambil tak pernah henti mulut dan tangannya bertasbih kepada yang maha kuasa. Suara warga pun semakin riuh tat kala ia telah berdiri di podium. “uuuuuhhh”, suara warga menyoraki. “masa orang gila memberikan sambutan?yang benar saja!”,suara salah seorang warga. “benar itu,,!”, suara warga yang lain mengiyakan. Joko pun hanya tersenyum pada tingkah laku warga. Kemudian secara serentak para warga pun berteriak “Turun, turun, turun,,,,”, ketika suasana tempat berlangsungnya acara semakin riuh, tiba-tiba Sammun berbicara keras pada lampion-lampion yang bergantungan. “Wahai lampu-lampu yang bergantungan dengarlah khutbah ku ini”. Dengan seketika seluruh lampion pun menari-nari layaknya seorang penari yang menari begitu indahnya. Dan para hadirin melihat dengan penuh heran dan takjub. Semua pasang mata hanya tertuju pada lampion-lampion yang menari dengan lugasnya.
Akhirnya setelah kejadian itu para warga menjadi hormat dan rendah diri terhadap Sammun. Mereka yang tadinya begitu tidak menyukai Sammun kini berbalik menjadi begitu ramah dan baik dan tak ada lagi cemo’ohan tentang dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

goresan pena. Diberdayakan oleh Blogger.

About